Dalam dunia pesantren, belajar bukan sekadar proses menambah pengetahuan, tetapi juga perjalanan ruhani yang membentuk adab dan akhlak. Seorang santri tidak hanya dituntut untuk cerdas secara intelektual, tetapi juga lembut dalam adab dan tulus dalam niat. Sebab, dalam tradisi keilmuan Islam, adab didahulukan sebelum ilmu.
Adab kepada Ustadz/ah: Jalan Terbuka Menuju Keberkahan Ilmu
Ulama terdahulu menegaskan bahwa keberhasilan seorang penuntut ilmu sangat bergantung pada bagaimana ia memperlakukan Ustadz/ah . Seorang santri yang menjaga sopan santun, mendengarkan dengan penuh perhatian, tidak memotong pembicaraan, dan menghormati setiap nasihat Ustadz/ah nya akan merasakan keberkahan ilmu yang ia pelajari.
Imam Malik rahimahullah pernah berkata,
“Aku belajar adab selama tiga puluh tahun, dan baru belajar ilmu selama dua puluh tahun.”
Ungkapan ini menggambarkan betapa adab adalah pondasi utama agar ilmu membawa manfaat dan cahaya dalam kehidupan seorang santri.
Menjaga Niat: Menuntut Ilmu Karena Allah
Niat adalah kunci utama dalam setiap amal. Seorang santri belajar bukan untuk dipuji, bukan pula demi kedudukan, melainkan semata-mata karena Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Niat yang benar menjadikan setiap peluh dan perjuangan belajar bernilai ibadah. Bahkan ketika seorang santri lelah dalam menghafal Al-Qur’an atau belajar kitab kuning, setiap usahanya bernilai pahala di sisi Allah.
Disiplin dan Kesungguhan: Cermin Kejujuran dalam Belajar
Etika belajar juga tampak dari disiplin seorang santri terhadap waktu dan tanggung jawabnya. Tepat waktu hadir di halaqah, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta konsisten dalam murajaah merupakan bagian dari etika yang tinggi. Santri yang bersungguh-sungguh menunjukkan tanda kejujuran hatinya terhadap ilmu.
Menghormati Sesama Santri dan Lingkungan Dayah
Adab bukan hanya kepada Usatdz/ah, tetapi juga kepada sesama teman dan lingkungan.
Santri yang berakhlak baik akan menghormati temannya, tidak sombong dengan ilmunya, dan selalu menebar salam serta kebaikan. Ia juga menjaga kebersihan, ketertiban, dan keharmonisan di asrama, sebab semua itu mencerminkan kebersihan hati.
Baca juga: 5 Kebiasaan Islami yang Membuat Santri Lebih Produktif
Penutup: Adab Adalah Cahaya Ilmu
Etika belajar bukan sekadar aturan, tetapi cahaya yang menerangi jalan ilmu.
Santri yang beradab akan mudah memahami pelajaran, mendapat keberkahan dari Usatdz/ah, dan tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak mulia.
Karena itu, belajar di Dayah bukan hanya tentang menghafal dan memahami, tetapi juga membentuk hati yang beradab dan ikhlas, agar ilmu yang didapat benar-benar membawa manfaat bagi diri, masyarakat, dan agama.